Rabu, 14 Juni 2017

Jurnal Manajemen Perkantoran 2, Juni 2017

PENGELOLAAN STAF KANTOR DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN KERJA SERTA PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN


Sofia Nur Rasyidah
Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung
Nim 155211063
E-mail : sofianur2828@gmail.com

ABSTRAK


Para pegawai yang bekerja didalam lingkungan kantor hendaknya dapat merasa nyaman, aman dan menyenangkan. Dalam mengembangkan lingkungan kantor, hendaknya Sumber Daya Manusia dapat dikelola dengan baik. Apabila SDM suatu lingkungan kantor dikelola dengan baik, akan mencerminkan bahwa kantor tersebut mampu mensejahterakan manusianya dan kegiatan kantor akan berjalan sebagaimana yang pernah direncanakan sebelumnya. Dalam melakukan seleksi pegawai pimpinan maupun bagian personalia, sepantasnya mampu memilih karyawan yang sesuai dengan posisi yang akan ditempati, dan serta mampu memilih karyawan yang dapat bertanggung jawab dan tidak mengganggu pekerjaan karyawan yang lain. Di dalam lingkungan kantor, agar setiap karyawan dapat bekerja dengan baik, hendaknya karyawan diberi motivasi dan penghargaan supaya dapat bekerja dengan semangat. Pemimpin harus serta dapat memahami lingkungan kantor serta karyawannya dengan baik.

Keywords : Kantor, Karyawan, Pekerjaan


Latar Belakang

Fokus perusahaan pada masa kini, mulai terarah kepada pengembangan dan peningkatan kinerja sumber daya manusia yang dikelola dengan baik di dalam suatu organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan berpengaruh dalam organisasi seperti perusahaan, pemerintahan, yayasan, lembaga swadaya masyarakat atau organisasi masyarakat. Keberhasilan suatu organsasi dengan pengelolaan SDM yang baik akan sangat menentukan keberhasilan organisasi tersebut dalam mencapai suatu tujuan.
Dalam mengelola SDM, salah satu yang harus diperhatikan adalah pengelolaan staff. Pengelolaan staff bukan hanya menjadi tanggung jawab unit tertentu tetapi setiap kepala unit yang bertanggung jawab untuk mengelola staff di masing-masing unit. Dalam mengelola staff, setiap pimpinan harus senantiasa mengarahkan staff untuk dapat menghasilkan output yang optimal dengan biaya yang efisien namun tetap tidak mengorbankan aturan-aturan yang ada.
Menurut (Harmon, 2013), dalam pengelolaan staff di suatu organisasi, hal-hal yang patut diperhatikan, diantaranya :
  • Sumber tenaga kerja dan perekrutan tenaga kantor
  • Bagaimana motivasi staff kantor
  • Pengawasan kerja
  •  Disiplin
  • Upah dan insentif
  • Pengembangan staff
  •  Permasalahan staff kantor

Rumusan masalah

1.      Bagaimana mengelola karyawan dengan baik?
2.      Apa motivasi karyawan ber-pengaruh kepada kinerja karyawan?
3.      Apa solusi yang tepat untuk permasalahan yang muncul di lingkungan kantor?
4.      Bagaimana mengembangkan kinerja staf kantor? 

Fungsi pengelolaan staf di dalam lingkungan kantor

Fungsi pengelolaan staf di dalam lingkungan kantor adalah untuk meningkat-kan kualitas lingkungan kerja kantor, bukti bahwa Sumber Daya Manusia di kantor berjalan dengan baik. Apabila pengelolaan staf kantor dilaksanakan dengan baik, maka karyawan akan lebih produktif dalam bekerja.

Perekrutan Tenaga Kerja Kantor


Salah satu perkembangan paling signifikan di bidang organisasi akhir-akhir ini adalah semakin pentingnya sumber daya manusia. Orang sangat penting bagi organisasi karena mereka menawarkan perspektif, nilai dan atribut pada kehidupan organisasi; Dan bila dikelola secara efektif, sifat-sifat manusia ini bisa bermanfaat bagi organisasi. Seperti yang terungkap dalam Djabatey (2012), yang dikutip dari jurnal Joy O. Ekwoaba (2015) skenario ini memberi kepercayaan pada peningkatan perhatian yang diberikan pada aspek orang-orang dari kekayaan organisasi. Hal ini terjadi karena perkembangan manusia, kompetensi mereka, dan perkembangan proses total organisasi merupakan titik tumpu pengelolaan sumber daya manusia (Mullins, 1999; Djabatey, 2012). Rekrutmen adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menarik calon potensial dari dalam dan di luar organisasi untuk mulai mengevaluasi mereka untuk pekerjaan di masa depan, pemilihan dimulai saat calon terpilih diidentifikasi (Walker, 2009).
Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan posisi kerja di kantor, pimpinan kantor hendanya memiliki beberapa pilihan sumber-sumber tenaga kerja. Dalam pengambilan keputusan juga, pimpinan harus mendiskusikannya dengan bagian Human Resources Development atau bagian personalia untuk mendapatkan sumber daya manusia yang baik di dalam kantor. Dalam kegiatan penerimaan pegawai-pegawai baru, hal-hal yang diperhatian menurut Harmon, 2013 adalah :

1.      Seleksi
Hal yang perlu dilakukan dalam proses seleksi yaitu, mengumumkan informasi tenaga kerja yang dibutuhkan, memeriksa form lamaran kerja dan pewsyaratan yang diinginkan, memeriksa surat-surat rekomendasi pegawai serta interview atau wawancara.

2.      Test
Ada sedikitnya empat bentuk test yang dapat digunakan, diantaranya adalah Intelegence tests, aptitute tests, achievement test (skill tests), personality tests, dan interest test. Tes ini dilakukan untuk melihat potensi dan bakat pegawai baru, supaya pegawai yang baru dapat di tempatkan lingkungan yang sesuai dengan kemampuannya.

3.      Orientasi Staf (magang)
Magang merupakan kegiatan menitipkan karyawan baru kepada karyawan yang lama untuk belajar, mengenali lingkungan kantor tempat karyawan bekerja dan bagaimana membentuk tim kerjasama yang baik di lingkungan kantor.

4.      Penempatan tenaga kerja
Penempatan tenaga kerja merupakan langkah untuk menempatkan seorang karyawan agar sesuai dengan spesifikasi jabatan yang tersedia. Hendaknya ada kesesuaian antara posisi yang ditempati dengan kemampuan pemangku jabaan yang bersangkutan.

Namun, sebagian besar proses perekrutan dan seleksi memiliki unsur penghakiman subjektif yang melekat di dalamnya. Tapi merawat pelamar kerja secara profesional dan sikap positif yang lebih cenderung membiarkan para pegawai, apakah mereka berhasil atau tidak, dengan pandangan yang positif tentang organisasi dan bagaimana hal itu telah ditangani oleh pelamar (National University of Ireland, 2006). Pengalaman juga menunjukkan bahwa penunjukan yang berhasil dapat menghasilkan hasil yang berdampak baik pada aspek kehidupan organisasi yang lebih luas sementara orang miskin dapat memiliki dampak yang merusak jauh di luar organisasi tempat ia dibuat. Namun, rekrutmen dan seleksi karyawan juga memberi kesempatan bagi organisasi untuk menampilkan dirinya supaya terlihat lebih bersinar dibandingkan pegawai yang lain.

Pengaruh Motivasi Bagi Kinerja Pegawai Kantor


(Permana, 2015) mengatakan, karyawan atau pegawai merupakan unsur terpenting dalam menentukan maju mundurnya suatu instansi. Untuk mencapai tujuan instansi diperlukan karyawan yang sesuai dengan persyaratan dalam instansi, dan juga harus mampu menjalankan tugas-tugas yang telah ditentukan oleh instansi. Setiap instansi akan selalu berusaha untuk meningkat-kan kinerja karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan instansi akan tercapai.

Kemampuan karyawan tercermin dari kinerja, kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal. Kinerja karyawan tersebut merupakan salah satu modal bagi instansi untuk mencapai tujuannya. Sehingga kinerja karyawan adalah hal yang patut diperhatikan oleh pemimpin instansi. Kinerja pada umumnya diartikan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya untuk mencapai target kerja. Karyawan dapat bekerja dengan baik bila memiliki kinerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kerja yang baik. Kinerja karyawan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan instansi atau organisasi dalam mencapai tujuannya. Untuk itu kinerja dari para karyawan harus mendapat perhatian dari para pimpinan instansi, sebab menurunnya kinerja dari karyawan dapat mempengaruhi kinerja instansi secara keseluruhan.
Sedangkan untuk pengertian motivasi sendiri, dikutip dari jurnal Suprayitno dan Sukir (2007), Hadari Nawawi (1997: 351), menjelaskan bahwa kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive), yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian, motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu kegiatan. Sedangkan menurut Supardi dan Syaiful Anwar (2004: 47) Motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Motivasi sendiri dapat dipandang sebagai suatu bagian integral dari administrasi perkantoran dalam rangka proses pengembangan dan pengarahan tenaga kerja dalam suatu organisasi. Motivasi sebagai salah satu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya serta potensi tenaga kerja supaya secara produktif dapat berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan sebagai kebutuhan sekaligus sebagai rangsangan untuk menggerakkan dan mengarahkan potensi serta daya kerja manusia ke arah yang diinginkan (Buchori Zainun, 2004), dikutip dari jurnal Suprayitno dan Sukir (2007).

Motivasi mempersoalkan tantang bagaimana cara mendorong gairah kerja para pegawai oleh pimpinan, supaya pegawai memiliki keinginan untuk bekerja keras dengan memberikan seluruh kemampuan dan keteramplannya agar dapat mewujudkan tujuan utama perusahaan.

Secara umum cukup banyak teori-teori yang menjelaskan motivasi bagi perkembangan aktivitas manusia, menurut (Chaniago, 2013) berikut terdapat beberapa teori motivasi, diantaranya :

1.      Maslow’s Hierarchy of Needs (Hsibuan, 1999)
Teorti ini mengatakan bahwa manusia termotivasi untuk memuaskan setidaknya 5 jenis kebutuhan, yang dapat disusun dalam suatu hirarki. Kebutuhan yang lebih utama baru akan muncul apabila kebutuhan yang dibawahnya telah terpenuhi. Kebutuhan tersebut antara lain :
a.       Physiological Needs
Physiological Needs yaitu kebutuhan yang dilakukan untuk dapat mempertahan-kan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara dan lain-lain. Kebutuhan fisik ini termasuk kebutuhan utama, tetapi merupakan tingkat kebutuhan yang bobotnya lebih rendah.
b.      Safety And Security Needs
Safety And Security Needs (keamanan dan keselamat-an) adalah kebutuhan akan suatu keamanan dari ancaman yakni merasa aman dalam melakukan pekerjaan.
c.       Belongingness Needs
Belongingness Needs adalah kebutuhan sosial, teman, perasaan diterima dalam pergaulan kelompok karya-wan dan lingkungannya.
d.      Esteem Needs
Esteem Needs adalah kebutuhan akan menghargai diri, pengakuan dan penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungan.
e.       Self Actualization Needs
Self Actualization Needs adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan dan potensi yang optimal untuk mencapai prestasi kerja yang memuaskan.

2.      McGregor’s Theory X & Theory Y (Griffin & Ebert, 1996)
Teori ini mengemukakan dua pandangan mengenai kepribadi-an seseorang. Teori X memandang para pekerja dari sisi negatif dan perimistik sehingga harus diawasi secara ketat, terpaksa, diberi hukuman atau diberi imbalan agar mereka menjadi produktif sedangkan teori Y memandang secara positif dan optimis yaitu percaya bahwa orang-orang sesungguhnya energetik, ber-orientasi kepada perkembangan, memotivasi diri dan tertarik untuk menjadi produktif.
Teori X memberi asumsi sifat manusia, yaitu :
a.       Manusia yang malas
b.      Manusia kurang ambisi dan tidak menyukai tanggung jawab
c.       Manusia yang berpusat pada dirinya
d.      Manusia yang tidak mau berubah
e.       Manusia yang mudah tertipu dan tidak terlalu pintar
Teori Y membari asumsi sifat manusia, yaitu :
a.       Manusia yang energetik
b.      Manusia yang ambisius dan mencati tanggung jawab
c.       Manusia yang tidak mementingkan diri sendiri
d.      Manusia yang ingin berkontribusi pada per-tumbuhan bisnis dan mau berubah
e.       Manusia yang pintar

Tingkah Laku dalam Memotivasi Staf


Dikutip dari Supriyatno & Sukir, 2007 tingkah laku yang memotivasi adalah tingkah laku yang sedang dalam mencapai tujuan. Seseorang melakukan suatu tingkah laku dipengaruhi oleh tujuan yang dapat memuaskan kebutuhan dirinya. Pada umumnya terdapat lima jenis kebutuhan manusia, yaitu:
a.       Kebutuhan fisik, misalnya makanan, minuman, istirahat atau tidur, kebutuhan batin. Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan pertama dan utama yang wajib dipenuhi pertama diisi oleh individu itu sendiri, yang mendorong setiap individu untuk melakukan pekerja-an apa saja, karena ia akan memper-oleh imbalan, baik berupa uang ataupun barang yang akan diguna-kan untuk memenuhi kebutuhan utama.
b.      Kebutuhan keamanan. Setiap individu mendambakan keamanan pada diri sendiri dan juga keluarga. Setelah kebutuhan pertama dan utama terpenuhi, akan timbul perasaan perlunya pemenuhan kebutuhan keamanan/perlindungan. Misalnya, Jika seseorang telah memiliki rumah, maka untuk dapat merasa aman dari gangguan penjahat, dibangun pagar di sekeliling rumah, atau bagi orang yang mampu mempekerjakan penjaga malam atau satpam.
c.       Kebutuhan sosial. setiap manusia senantiasa merasa perlu pergaulan dengan manusia lain. Selama hidup manusia di dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan manusia lain. Walaupun sudah terpenuhi seluruh kebutuhan pertama dan kedua. Jika ia tak dapat bergaul dengan pihak lain, maka pasti ia sangat gelisah hidupnya.
d.      Kebutuhan penghormatan dan penghargaan. Sejelek-jeleknya kelakuan manusia, tetap men-dambakan penghormatan dan penghargaan. Itulah sebabnya orang berusaha melakukan kegiatan atau bekerja yang memungkinkan ia mendapat penghormatan dan juga penghargaan.
e.       Kebutuan aktualisasi diri. Yaitu senantiasa percaya kepada diri sendiri. Inilah kebutuhan puncak yang paling tinggi. Sehingga seseorang ingin mempertahankan prestasinya secara optimal. (A.H.Maslow dalam Ishak Arep dan Hendri Tanjung, 2004: .26).
Dari teori-teori yang telah dikemukakan, dapat terlihat bahwa motivasi dapat menjadi pengaruh yang besar bagi kehidupan seseorang. Dalam dunia pekerjaan atau lingkungan kantor, harus diciptakan suatu timbal balik antara para petinggi kantor dengan karyawannya, seperti memberi penghargaan, motivasi, gaji yang ditingkatkan dan bentuk penghargaan lainnya. (Supriyatno & Sukir, 2007) Motivasi sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan, mengarahkan karyawan dan potensi tenaga kerja agar dapat berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan sebagai kebutuhan sekaligus sebagai perangsang untuk dapat menggerakkan dan mengarahkan potensi serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang diinginkan. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka seorang pimpinan sangat perlu mempelajari secara seksama tingkat-tingkat kebutuhan bagi tiap individu karyawannya, agar dapat bertindak secara adil.

Permasalahan di dalam lingkungan kantor


Berikut merupakan masalah-masalah yang timbul di antara pegawai kantor :
1.      Kecanduan merokok
2.      Kerusakan mental atau emosional, masalah ini disebabkan pada ketidakpuasan terhadap pekerjaan, status yang tidak diakui, honor tidak mencukupi, dan tidak dapat beradaptasi di dalam lingkungan kantor.
3.      Stress, suasana yang tidak menyenangkan. Stress dapat disebakan oleh pengalaman atau kejadian yang kurang menyenang-kan, baik di unit kerja, lingkungan sosial, rumah dan lain-lain.
4.      Kelelahan, penurunan kondisi fisik seseorang akibat beban yang ditanggung terlalu berlebihan
5.      Nepotisme, dimana seseorang yang telah menduduki posisi yang lebih tinggi akan dapat membantuk kerabar dekat atau keluarganya untuk bisa menduduki posisi kerja kantor dengan mudah
Tugas seorang manager dan pengawas lingkungan kantor adalah untuk lebih memperhatikan lebih rinci dan diatasi sedini mungkin, agar aktivitas pekerjaan tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemahaman dan penguasaahn dalam mengengalikan staf, dapat dilakukan dengan cara menangani masalah SDM dengan baik, upah minimal atau gaji disesuaikan dengan kinerja karyawan, peraturan yang ditepati, menjelaskan kembali tentang visi, misi, tujuan perusahaan agar karyawan lebih membatasi diri, dan budaya lingkungan kantor yang dapat diterima oleh seluruh karyawan. Dengan pengendalian staf atau lingkungan dijalankan dengan baik, maka permasalahan kantor dapat diatasi.

Mengembangkan Staf Kantor


Kegiatan yang tidak dapat dipishakan dari kediatan di dalam lingkungan kantor adalah membuat program pengembangan staf kantor. Ada berbagai program pengem-bangan SDM, yang biasa bersifat umum dan telah ditangani oleh unit tersendiri. Sedangkan pengembagan yang bersifat spesifik dan memiliki karakter tersendiri,dilakukan oleh masing-masiing unit yang berkaitan. Pengembangan staf kantor adalah dengan memberdayakan staf kantor, diantaranya :
a.       Pegawai diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah lingkung-an kantor yang sedang berkembang
b.      Memperkecil kepribadian direktif dan memperluas keterlibatan pekerja
c.       Mendorong terciptanya perspektif baru dan memikirkan kembali strategi kerja
d.      Menggambarkan keahlian dan melatih karyawan untuk dapat mengawasi diri (self-control)
e.       Memberi kesempatan pada karyawan untuk berpartisipasi dalam membuat kebiajakan
f.       Menyediakan waktu dan sumber daya yang mencukupi bagi karyawan dalam mengelesaikan pekerjaan
g.      Menyediakan pelatihan yang seseuai bagi kebutuhan kerja
h.      Menghargai perbedaan pandangan dan menghargai kesuksesan yang diraih oleh karyawan
i.        Menyediakan akses informasi yang cukup
j.        Mendelegasikan tugas yang penting kepada karyawan
k.      Menggali ide dan saran dari karyawan
l.        Memperluas tugas dan membangun jaringan antar deparemen
m.    Menyediakan jadwal job instruction dan mendorong penyelesaian masalah dengan baik
n.      Memandang karyawan sebagai partner strategis
o.      Meningkatkan target di semua bagian pekerjaan
p.      Memperkenalkan inisiatif infivideu untuk melakukan perubahan melalui partisipasi
q.      Membantu menyelesaikan perbedaan dalam menentukan tujuan dan prioritas
r.        Menggunakan jalur training dalam menevaluasi kinerja karyawan
s.       Memberikan tugas yang jelas dan ukuran yang jelas
t.        Melibatkan karyawan dalam menentukan standar dan ukuran
u.      Memberikan saran dan bantuan kepada karyawan dalam menyelesaikan beben kerja
v.      Menyediakan periode dan waktu pemberian feedback
w.    Menetapkan kebijakan open door communication
x.      Menyediakan waktu untuk mendapatkan informasi dan mendiskuskan permasalahan secara terbka
y.      Menciptakan kesempatan untuk cross-training

Terdapat program yang dapat dijalankan untuk kegiatan bagi staf kantor, yaitu :
No
Program
Pelatihan
Jenis
 Pelatihan
1
External Training
Pendidikan singkat   < 1 thn, Magang exter-nal, Studi banding, seminar dan distance learning
2
Internal Training
Magang antar unit intternal, kursus internal (inhouse training), diskusi dengan orang-orang internal, kerjasama dalam satu tim, pemecahan kasus dalam bentuk tim gabungan, demonstrasi dari pegawai yang telah berhasil.

Komunikasi kantor



Komunikasi pada umumnya terdiri dari komunikasi antarpribadi, komunikasi intrapribadi, komunikasi massa dan komunikasi kelompok. Secara singkat dijelaskan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi antara individu dengan individu lain atau komunikasi yang terjadi di antara dua orang. Sedangkan komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang dilibatkan oleh individu untuk mengenal dirinya sendiri supaya menjadi lebih baik, contoh komunikasi intrapribadi adalah hubungan seseorang dengan Tuhan. Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa untuk disampaikan kepada orang banyak. Dan yang terakhir adalah komunikasi kelompok, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh lebih dari dua orang atau berkelompok untuk mencapai maksud atau tujuan tertentu.
Masing-masing komunikasi memiliki fungsi dan tujuannya masing-masing. Namun inti dari komunikasi pada umumnya adalah supaya pesan atau keinginan seseorang yang disampaikan dapat dipahami oleh orang lain dan dengan begitu tujuan masing-masing individu atau kelompok dapat tercapai.

Komunikasi Efektif


Suatu komunikasi tidak dapat terjalin secara efektif apabila seseorang hanya mementingkan diri sendiri, dalam komunikasi seseorang harus memahami apa yang dimaksud oleh lawan bicaranya. Komunikasi antarpribadi sangat penting dan berpengaruh pada siapa saja, selama manusia masih memiliki emosi maka komunikasi antarpribadi akan terus berjalan. Terdapat beberapa faktor yang membantu suatu komunikasi menjadi lebih efektif, yaitu :
1.         Perasaan simpati
Perasaan memahami dan peduli atas apa yang orang lain rasakan, tidak melihat situasi tersebut baik atau buruk. Dengan adanya rasa simpati ini, komunikasi akan berjalan lebih lancar dan lawan bicara akan lebih merasa diperhatikan.
2.         Hubungan sosial
Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan bergantung pada orang lain. Hubungan yang ingin dijalin oleh manusia adalah hubungan yang positif dan timbal balik yang baik. Hubungan sosial yang menyebabkan seseorang harus lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya. Mengambil peran penting agar dapat berbaur dan diterima oleh masyarakat dimana lingkungan tempat ia tinggal. 
3.         Kepekaan berasa
Bagaimana seseorang dapat memahami lawan bicaranya ketika ia bersikap acuh-tak acuh, tidak peduli atau bahkan tidak ingin mengetahuinya. Maka setiap komunikan diharapkan mampu melihat situasi dan perasaan lawan bicara, agar tahu bagaimana harus mengambil sikap.
4.         Mempengaruhi
Komunikan yang baik mampu mempengaruhi orang lain untuk memperhatikan dirinya, baik saat bertukar pendapat atau komunikasi biasa. Karena tidak selamanya seorang komunikan hanya menjadi seorang pendengar, ia juga harus didengarkan oleh orang lain. Namun harus bersikap adil dan tidak egois.

            Pada umumnya komunikasi antarpribadi jauh lebih efektif karena dilakukan dengan bertatap muka dan keakraban lebih mudah dijalin, berbeda dengan komunikasi melalui media massa, seperti televisi, radio, sosial media, E-mail dan media yang canggih lainnya, tetap membuat manusia merasa diasingkan oleh dunianya.

Bahasa, Budaya dan Perilaku


Terdapat suatu hubungan yang erat dan jaringan yang kompleks antara bahasa, budaya dan perilaku antarpribadi. Setiap manusia mendapati dirinya memiliki cara serta perilaku dalam berkomunikasi. Budaya yang berbeda ini pula yang mendefinisikan bahwa karakter, fungsi dan bentuk hubungan antarpribadi berbeda. Dari perbedaan menjadi suatu keunikan tersendiri dimana setiap komunikan juga harus dapat menyesuaikan diri agar dapat berkomunikasi dengan baik.
            Dalam memahami perbedaan, setiap individu harus terlebih dahulu memahami rasa saling menghargai. Meskipun dalam satu ruangan setiap individu memakai bahasa yang sama, namun sifat seseorang bisa berbeda. Topik pembicaraan sama, karena intonasi suara yang berbeda, maka makna dari topik tersebut juga dapat berbeda. Dalam lingkungan kantor, yang setiap individunya berasal dari budaya yang berbeda seorang komunikan handal mampu mengontrol bagaimana cara ia mengambil sikap agar orang lain merasa dihargai. Untuk mendapatkan suatu timbal balik yang diinginkan, maka setiap individu harus mampu beradaptasi di lingkungan yang memiliki budaya, bahasa dan perilaku yang berbeda-beda.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Dikutip dari jurnal (Kani, Mandagi, Rantung, & Malingkas, 2013) mengatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja juga harus dikelola dan diperhatikan sebagaimana dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti biasanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itu ahli K3 sejak awal tahun 1980an berupaya meyakinkan semua pihak khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen K3. Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan atau desain, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan, bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bagian 6 Tentang Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:
1.      Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
2.      Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3.      Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena latar belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat. (Austen dan Neale, 1991)

Dalam menghadapi persaingan pasar bebas, perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif yang harus dipersiapkan oleh perusahaan-perusahaan dengan melakukan berbagai macam perbaikan guna meningkatkan kualitas kinerja manajemen, sehingga dapat menghasilkan suatu sistem bisnis perusahaan jasa konstruksi yang ideal (Sudarto,2003 dalam (Wieke Yuni Christina, 2012) ).

Salah satu penyebab perusahaan tidak berkembang adalah  karena pengusaha dan top manajemen tidak mau mengakui bahwa mereka perlu membentuk kembali budaya perusahaan dan/atau mengambil cara baru dalam mengatur orang pada suatu tahap awal yang menjadi titik kritis dalam sejarah perusahaan. Intervensi untuk mendorong perkembangan perusahaan dan sebelum terjadinya pengaruh negatif dari pekembangan kebudayaan organisasi yang cepat dan kepemimpinan yang dianggap dominan (Leach and Kenny, 2000 dalam (Wieke Yuni Christina, 2012)).

Untuk meningkatkan kinerja produk dalam proyek konstruksi, maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya, sehingga melebihi anggaran yang ditentukan. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal (Soeharto, 1999).

Tujuan pokok penilaian kinerja adalah membantu dalam menetapkan standar dan target, sarana untuk kemajuan, memotivasi, mengkomunikasikan strategi, organisasi dan mempengaruhi perubahan perilaku (Tatikonda, 1998 dalam (Wieke Yuni Christina, 2012)).

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa budaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat terbentuk dari beberapa faktor dominan, yaitu sebagai berikut:
1.      Komitmen top management
2.      Peraturan dan prosedur K3
3.       Komunikasi
4.      Kompetensi pekerja
5.      Keterlibatan pekerja

1.      Lingkungan kerja


Referensi

Chaniago, H. (2013). Manajemen kantor kontemorer. Bandung: Akbar limas perkasa Cv.
Ekwoaba, J., Ikeije, U., & Ufoma, N. (2015). THE IMPACT OF RECRUITMENT AND SELECTION CRITERIA ON ORGANIZATIONAL PERFORMANCE. Human Resource Management.
Gie, L. (2000). Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: Liberty Offset.
Kadarmo, S. (2001). Sekretaris Dan tugas-tugasnya. JAKARTA: Nina Dinamika.
Kani, B. R., Mandagi, R., Rantung, J., & Malingkas, G. (2013). KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PROYEK PT. TRAKINDO UTAMA). Sipil Statik.
Permana, Y. I. (2015). PENGARUH KEMAMPUAN KERJA, MOTIVASI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI LINGKUP SMK KESEHATAN BAKTI INDONESIA MEDIKA NGAWI. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Purwanto, D. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ruben, B. D., & Stewart, L. P. (2014). Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sedarmayanti. (2014). Tugas dan pengembangan sekretaris professional untuk meraih keberhasilan. Bandung: Mandar Maju.
Suprayitno, & Sukir. (2007). PENGARUH DISIPLIN KERJA, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN. Manajemen Sumber Daya Manusia .
Wieke Yuni Christina, L. D. (2012). PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI. REKAYASA SIPIL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar